SMKN 2 Sumbawa Besar, tempat di mana kita pertama kali saling mengenal, tanpa pernah menyangka akan menjadi kisah panjang yang penuh kejutan. Saat itu, Januari 2016, aku dan abang bertemu dalam satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah—aku sebagai vokalis, abang sebagai gitaris di acara Maulid Nabi Muhammad. Singkat, tapi meninggalkan kesan. Lalu, kelulusan tiba, dan tanpa sadar kita saling hilang jejak. Hanya ada sapaan diam dalam story, seolah kita berkomunikasi dalam diam selama tujuh tahun.

Kemudian, datanglah Maret 2022, saat abang membagikan story Instagram bertuliskan, “kapan ya bisa sat set sat set jadi." Refleks, tanpa banyak pikir, aku balas, “Ngenes pe.” Seperti itu saja, obrolan singkat itu menghidupkan kembali percakapan yang lama terpendam, membawa kita semakin dekat—kembali dengan perasaan yang ternyata tak pernah benar-benar hilang. Dalam sepekan, abang sudah bicara tentang keseriusan.

Dua tahun kita jalani hubungan ini, penuh rindu yang mengisi jarak LDR antara Malang-Kalsel, Lombok-Kalsel, hingga akhirnya Sumbawa-Kalsel. Rasanya, waktu dan jarak hanya jadi latar belakang; yang terpenting adalah bagaimana kita bisa kembali saling menemukan.

Setelah melewati LDR yang begitu menguji keteguhan hati dan kesabaran, akhirnya kami berdua sepakat untuk melangkah ke jenjang yang lebih sakral. Dengan penuh keyakinan, kami mantapkan hati untuk menyempurnakan agama dan ikatan ini dalam pernikahan. Insya Allah, pada hari Jumat, 1 November 2024, aku dan abang akan mengucap janji suci, menyatukan dua jiwa dalam ikatan yang tak terpisahkan. Hari itu akan menjadi awal baru dari perjalanan panjang yang kita bangun bersama, dengan cinta yang tak lagi hanya melawan jarak, tetapi kini ada di samping selamanya.